1.Kejahatan oleh pemerintah Malaysia (Malingsia)
Setelah sukses merebut Sipadan dan Ligitan melalui Mahkamah Internasional, kita bisa melihat Pulau Ambalat pun mulai diincar Malaysia (Malingsia) dan mulai di klaim sebagai milik nenek moyang meraka.
Mungkin kalau didiamkan seluruh wilayah Pulau Kalimantan akan diklaim sebagai milik nenek moyang mereka juga. Sekarang saja wilayah perbatasan di Kalimantan sudah digrogoti sedikit demi sedikit.
Selanjutnya dalam perjalanan waktu tertentu kita bisa melihat perampokan pihak Malaysia (Malingsia) terhadap budaya dan kesenian Indonesia yang meliputi: Reog Ponorogo, lagu Rasa sayang-sayange, kain batik, angklung, tarian Indang Pariang (Sumbar), keris, wayang kulit, dan terakhir Tari Pendet.
2.Kejahatan oleh seorang raja Malaysia (Malingsia)
Korban kejahatan raja Malaysia (Malingsia) yang jahat tsb dan sudah menjadi berita besar adalah Manohara. Menurut Manohara masih ada lagi para korban lainnya yang namanya tidak terungkap.
3.Kejahatan oleh rakyat Malaysia (Malingsia)
Korban kejahatan rakyat Malaysia (Malingsia) yang sering berbuat jahat dan sudah sering menjadi berita rutin ini adalah mereka yang menjadi majikanTKI. Korbannya seperti kita ketahui adalah para TKI dalam berbagai macam korban penyiksaan, perkosaan, sampai meninggal dunia.
4.Kejahatan oleh militer Malaysia (Malingsia)
Seperti yang sudah sering diberitakan, kejahatan yang sudah sering dilakukan oleh militer Malaysia (Malingsia) adalah pelanggaran wilayah perbatasan Indonesia dan meremehkan militer Indonesia yang menjaga wilayah perbatasan. Lebih dari itu mereka terkesan seperti ngeledek angkatan laut Indonesia dengan sengaja bermain kucing-kucingan setiap kali dihalau angkatan laut Indonesia. Bener-bener kebangetan.
5.Kejahatan oleh “teroris” yang berasal dari Malaysia (Malingsia)
Kita tentu masih ingat dengan 2 pentolan teroris asal Malaysia (Malingsia). Mereka adalah DR.Azhari dan Noordin M.Top. Syukurlah, Dr.Azhari sudah tewas (khusus untuk teroris kematiannya disyukuri). Sekarang Noordin M.Top menjadi teroris paling di cari Indonesia. Teroris yang sudah malang melintang selama sekitar 9 tahun ini, sampai sekarang masih belum bisa ditangkap. Sementara jaringan pelaku bom bunuh dirinya makin luas. Kasus export teroris ini masih bisa dibantah pemerintah Malaysia (Malingsia) dengan mengatakan bahwa yang mengajarkan DR.Azhari dan Noordin M.Top menjadi teroris adalah ustadz yang berasal dari Indonesia.
6.Kejahatan oleh polisi diraja Malaysia (Malingsia)
Seperti pernah diberitakan belum lama ini bahwa pelatih karateka asal Indonesia menjadi korban pengeroyokan oleh polisi diraja Malaysia (Malingsia). Polisi kok jahat dan pengecut ? Sebelumnya juga ada berita pemerasan yang dilakukan oleh polisi diraja Malaysia (Malingsia) terhadap para TKI.
FAKTOR PENYEBAB
Apa yang menjadi penyebab dari berbagai masalah yang dibuat pihak Malaysia (Malingsia). Tampaknya masalah yang terkait dengan kejahatan dan pelanggaran hak cipta tsb disebabkan oleh hal-hal sbb:
1.Krisis moral
Kriris moral akan menyebabkan pihak manapun untuk melakukan pelanggran hak cipta setiap kali ada kesempatan di mana salah satu kesempatan tsb adalah adanya kelemahan dari pihak yang memiliki hak cipta tsb. Misalnya kurang memiliki kepedulian terhadap budaya bangsa dan kurang inisiatif untuk mengurus hak paten dari budaya bangsa tsb. Sedikit banyaknya pelanggaran hak cipta oleh pihak Malaysia (Malingsia) dsebabkan oleh kelemahan pemerintah Indonesia.
2.Tidak memiliki rasa malu
Dari banyaknya jenis budaya yang diklaim sebagai budaya Malaysia (Malingsia) seperti uraian di atas hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Malaysia (Malingsia) dan rakyatnya tidak memiliki budaya malu.
3.Rakyatnya mungkin pengecut ?
Rakyat Malaysia (Malingsia) tampaknya tidak memiliki aktifis dan budayawan seperti Randra yang berani melakukan protes terhadap pemerintahnya yang melakukan pelanggaran hak cipta. Coba anda simak pernyatan yang nadanya membodohi Indonesia dari budayawan Malaysia (Malingsia) yang bernama Ummu Hani Abu Hasan ini: “ . . . . Malaysia (Malingsia) dan Indonesia adalah negara serumpun, jadi tidak masalah jika budaya Indonesia digunakan Malaysia (Malingsia) . . . . “
4.Tidak kreatif
Budaya suatu bangsa muncul dari kreatifitas rakyatnya. Tampaknya hal ini kurang dimiliki oleh rakyat Malaysia (Malingsia). Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab dirampoknya budaya Indonesia seperti uraian di atas.
KOREKSI DIRI
Rasa nasioalisme yang sangat terusik oleh ulah Malaysia (Malingsia) itu hendaknya jangan hanya menimbulkan realsi keras seperti uraian di atas yang memang menjadi hak kita. Rasa nasionalisme harusnya juga memotivasi kita untuk melakukan koreksi diri. Saya yakin jika kita diperlakukan sembarangan oleh pihak lain, pastilah hal tsb disebabkan oleh adanya berbagai kelemahan yang ada pada diri kita, yang perlu dikoreksi dan diperbaiki.
Pelanggaran wilayah dan perampokan budaya Indonesia oleh pihak Malaysia (Malingsia), sedikit banyaknya juga disebabkan oleh kelemahan pemerintan Indonesia dan rakyatnya dalam berbagai hal, seperti kurang perhatian dalam perlindungan TKI, kurang menghargai budaya bangsa sendiri, kurang memiliki inisiatif untuk membuat hak paten budaya bangsa, kelemahan dalam penjagaan wilayah perbatasan, dll.
Perhatikanlah bagaimana pihak Malaysia (Malingsia) memberi pernyataan yang membodohi Indonesia dengan mengatakan bahwa iklan pariwata yang menggunakan tari pendet dibuat oleh pihak swasta yang tidak mengatasnamakan pemerintah Malaysia (Malingsia).
From : kaskus.us
0 Komentar:
Post a Comment