July 02, 2009

Ujian Nasional

pendapat gue dan sebagian besar anak-anak SMA, tentang Ujian Nasional.
UN ENGGAK PENTING!!
Percuma lo semua bayar sekolah mahal-mahal selama 3th, kalo ujung”nya cuma ditentuin sm 5hari ujian, 6 mata pelajaran. 1 mata pelajaran 2jam, 2 dikali 6 sama dengan 12jam. Jadi, kelulusan lo Cuma ditentuin sama 12jam lo ngerjain soal. Kurang lebih 108jam buat Belajar, makan, tidur dan mandi. Dan Cuma ditentuin sama 6 mata pelajaran FUCKING ASSHOLE, yaitu : Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Kimia, Biologi dan Fisika (*buat IPA) atau Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Sosiologi, Geografi, Ekonomi (*buat IPS). Sumpah enggak penting dan enggak guna bgt!!

Percuma jerih payah lo 3 tahun lamanya buat gede”in nilai rapot yang ujung”nya cuma digunain buat rebutan masuk Universitas dengan jalur PMDK dan jadi arsip Universitas yang ujung”nya juga bakal dijadiin bungkus kacang rebus lantaran tuh kertas Cuma bisa menuh”in lemari doang!! Aarrgghh.. udah tau gitu mending lo bayar sekolah Cuma buat numpang Ujian Nasional, Ujian Praktek sama Ujian sekolah aja. Kan murah meriah tuh!! Hahahaha..

Rasa-rasa dan pendapat tentang Ujian Nasional kata anak-anak SMA yang gue temui dengan muka hopeless penuh harapan akan kelulusan dengan nilai yang memuaskan :
1. TAI ANJING
2. BABI ABIS
3. bikin NANGIS BOMBAY
4. kencing DARAH
5. SUSAH BERAK
6. MUNTABER
7. ANGET-ANGET TAI AYAM PALA gue
8. MANTAB deh
9. bikin NGEBUL
10. KAMBING BUNTING
11. ASEM-ASEM KETEK MONYET
12. BIKIN SHOCK
13. BISUL ANJING
14. NGEPET
15. (dan banyak lagi hinaan untuk UN yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, karena jari saya nanti bisa copot)


Sebagian besar murid SMA yang sudah HOPELESS sebelum ujian nasional berlangsung mengatakan ‘mendingan kursi paket C di banyakin deh! Pusing gue kalo ditanyain soal UN. Bikin gue pingin mati aja tau ga?’.
Kenapa yang TIDAK LULUS UN kebanyakkan dari daerah??
1. Karena sistem pengajaran sekolah dikota dan didaerah itu sangat JAUH berbeda.
2. Karena anak-anak daerah belum bisa membeli buku yang harganya terpaut SANGAT MAHAL, karna mereka lebih memilih untuk membeli MAKANAN dengan harga 50rb, dibandingkan harus membeli SEBUAH buku pelajaran.
3. Buku-buku yang mereka miliki tidak sama kurikulumnya.
4. Nilai minimum kelulusan UN cukup TINGGI.
Seharusnya Ujian Nasional diadakan bukan untuk menentukan kelulusan dari siswa, namun UN seharusnya dijadikan sebagai ujian untuk menentukan seberapa besar kempuan siswa yang telah belajar selama 3 tahun di SMA dan apakah selama ini siswa yang mengikuti pelajaran selama 3 tahun di SMA, mengikuti dengan baik pelajaran itu. Tapi bukan dengan cara UN dijadikan sebagai pintu akhir untuk membuat siswa SMA menjadi sangat tegang dengan kehadirnnya. Karena, banyak orang tua murid yang juga mengeluh tentang diadakannya Ujian Nasional.

Gue adalah mantan siswa SMA yang baru tahun ini merasakan UN, betapa beratnya ngerjain soal UN yang belum tentu menteri pendidikan bisa ngerjain. Gue tau dan gue juga sadar, kalau makin kesini, Indonesia makin menjadi negara yang terpuruk. Tapi tidak seharusnya pemerintah bertingkah seenaknya dengan mengadakan Ujian Nasional yang ditentukan dengan nilai minimum yang memang cukup sangat sulit untuk diraih. Oke kalau pemerintah membuat peraturan seperti itu, tapi kita sekolah masih dengan biaya sendiri bukan biaya pemerintah. Dan apakah mereka tidak sadar?? Dengan tidak lulusnya beberapa orang murid SMA, akan makin banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Perguruan Tinggi Negeri pun belum tentu mau menerima Siswa/siswi berijazah Paket C. Padahal, kebanyakan yang tidak lulus adalah anak-anak yang sangat berprestasi disekolahnya, dan juga anak-anak yang pernah mengharumkan nama Indonesia melalui ajang kompetisi Olimpiade Fisika. Tapi apa?? meskipun mereka pernah di cap sebagai pemenang olimpiade fisika atau apapun, sedangkan mereka tidak lulus UN,
apa mau perguruan tinggi negeri seperti UI dan ITB mau menerima anak yang tidak lulus UN tapi lulus ujian Paket C?? jawabannya BELUM TENTU atau mungkin TIDAK MAU!!

0 Komentar:

 

Vania Ika Aldida Copyright © 2011 by Vania Ika Aldida